Blog Bahasa Indonesia

Berbagi informasi dan ilmu tentang materi bahasa Indonesia.

Pecinta Bahasa dan Sastra Indonesia

Pecinta bahasa dan sastra Indonesia dapat belajar bersama dalam mengupas tuntas materi bahasa Indonesia tingkat SMA.

Cinta Indonesia

Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar di dalam ruang lingkup kehidupan.

Kamis, 21 Juli 2022

Akses Laporan Kehadiran Kelas XII-MIA 5 Semester Ganjil

Akses Laporan Kehadiran Kelas XII-MIA 5 Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2022/2023

 

    Sekolah merupakan ekosistem yang sangat dinamis dalam memberikan pendidikan. Sudah selayaknya sekolah menjadi wadah bagi pendidik untuk menuntun kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik agar dapat menikmati kebahagiaan seutuhnya. Begitul pula dengan peserta didik yang selalu semangat dan berjuang dalam belajar, berlatih dan berbagi kasih melalui kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Pelajar yang baik adalah peserta didik yang tidak lelah dan semangat setiap harinya datang ke sekolah yang diiringi dengan doa-doa orang terkasih. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini, saya selaku wali kelas XII-MIA 5 memberikan akses kepada orang tua dan kita semuanya untuk selalu mendampingi dan memantau kehadiran anak-anak kita pada kelas XII-MIA 5 pada link berikut ini 

Akses Kehadiran XII-MIA 5




Terima kasih.... Salam Pendidikan...

Minggu, 24 April 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 3.1.a.9 Koneksi Antarmateri  - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran


“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
Bob Talbert


Salam Guru Penggerak...
Salam kenal... 
    Saya bernama Riki Francisko merupakan salah satu guru di SMA Negeri 1 Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Saya juga merupakan salah satu Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 4 Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan kegiatan 3.1.a.9. Koneksi Antarmateri tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. 
Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri) terdiri dari 10 pertanyaan. Koneksi Antarmateri yang saya sajikan adalah sebagai berikut:

  • Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pada filosofi Pratap Triloka yang diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara ada semboyan yang dikenal dengan ing ngarso sung tulodo (memberikan contoh atau teladan), ing madya mangun karso (membimbing dan memberikan semangat), dan tut wuri handayani (guru harus memberi dorongan dan memotivasi peserta didik). Dalam menuntun peserta didik, pendidik (guru) seharusnya menerapkan ketiga prinsip Triloka Ki Hadjar Dewantara. Dengan tuntunan yang baik, maka pendidikan akan bersifat holistik dan seimbang, yang pada muaranya akan membawa perubahan budi pekerti siswa yang mencerminkan nilai kebijaksanaan. Pendidikan haruslah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses menuntun, peserta didik akan diberi kebebasan dan kenyamanan untuk belajar, guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, guru sebagai pendidik harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus berpihak pada pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan lebih bijaksana.
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebagai insan yang bermoral, kita sebagai pendidik harus memiliki karakter yang bijaksana. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. Ketiga prinsip tersebut adalah:
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Kegiatan terbimbing yang telah dilakukan pada materi pengambilan keputusan sangat membantu saya untuk melakukan proses pengambilan keputusan yang bijaksana dalam situasi dilema etika. Dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan tersebut secara moral benar tapi bertentangan (benar vs benar). Dalam menghadapi dilema etika, seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki kesadaran bahwa potensi dan nilai-nilai dalam diri dapat membantu seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Dengan penerapan coaching model TIRTA, hal tersebut akan membantu guru sebagai pemimpin pembelajaran memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk memecahkan permasalahan dilema etika yang sedang dihadapi. Sesi coaching yang telah dilakukan pastinya akan mempermudah guru tersebut dalam mengidentifikasi suatu permasalahan yang sedang dihadapinya, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang bijaksana dan berpihak pada murid.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik, seorang guru harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosional yang dia hadapi ketika mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Dalam proses pengambilan keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab, seorang guru membutuhkan 5 kompetensi sosial emosional, yaitu keasadarn diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial.  Kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab tidak datang secara alami. Kemampuan ini perlu dengan sengaja ditumbuhkan. Seorang pengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan.
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Seorang guru sebagai pendidik harus dapat mengidentifikasi dan menganalisis persoalan yang sedang dihadapi apakah berfokus pada masalah bujukan moral atau dilema etika. Dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang pendidik seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, integritas, kasih sayang, dan lain sebagainya maka pendidik tersebut  akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan serta pengujian keputusan yang mencapai keputusan yang berpihak pada murid.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dengan menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, maka hal tersebut membuktikan bahwa keputusan yang telah dibuat sesuai dengan visi dan misi yang telah disepakati. Seorang guru yang berhasil membuat keputusan yang tepat, maka keputusan yang dibuat pastinya telah berpihak pada murid. Keputusan yang berpihak pada murid merupakan tindakan dan sikap yang dapat mengundang minat belajar peserta didik. Jika minat belajar peserta didik dapat berkembang, maka lingkungan belajar pastinya telah positif, kondusif, aman dan nyaman. Apabila kondisi lingkungan belajar sebaliknya, maka minat belajar peserta didik tidak akan berkembang.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Kesulitan-kesulitan di lingkungan saya untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika merupakan kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan pandangan dan prinsip terhadap kasus dilema etika yang sedang dihadapi. Perbedaan pandangan dan prinsip antara seluruh pihak yang terkait akan mengakibatkan kesulitan dalam mencapai kesepakatan bersama. Pencapaian kesepakatan bersama merupakan faktor penting dalam menghasilkan keputusan yang sebisanya mengakomodir kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya masalah perubahan paradigma di lingkungan saya.
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Sebagai pendidik, seorang guru harus dapat menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses menuntun, anak-anak akan diberi kebebasan dan kenyamanan untuk belajar, guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, ada kalanya dalam proses menuntun peserta didik, seorang guru dihadapi dengan situasi dilema etika. Situasi dilema etika yang sedang dihadapi akan mengharuskan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang dibuat oleh guru harus bersifat menuntun dan berpihak pada murid. Peserta didik akan diberi kebebasan dan kenyamanan untuk belajar.
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya dengan cara menghasilkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Keputusan yang berpihak pada murid merupakan keputusan yang telah dipertimbangkan dari berbagai aspek dan nilai-nilai kebajikan universal. Apabila keputusan yang telah dibuat berpihak pihak pada murid, maka keputusan tersebut sangat tepat dan dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kebutuhan belajar hidup. Jika kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi, maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan sangat bermanfaat bagi kehidupan atau masa depan murid-murid. 
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, yaitu pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berdasarkan keputusan yang berpihak pada murid. Seorang guru menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid karena guru tersebut mempertimbangkan segala aspek dan nilai-nilai kebajikan universal yang ada. Selain itu, seorang guru dapat melaksanakan 9 langkah untuk mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan, yaitu:
  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
  4. Pengujian benar atau salah yang meliputi uji legal, uji regulasi/standar profesi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Kerterkaitan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul sebelumnya sangat erat. Keterkaitan tersebut dapat kita lihat bahwa materi pada modul 3.1 tidak akan terpisahkan dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Sebagai contoh, pada modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Agar dapat menuntun peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan, maka seorang pendidik harus dapat mengambil keputusan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Contoh lainnya, yaitu keterkaitan modul 2.3 coaching dengan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran yang menunjukkan bahwa penerapan coaching sangat membantu guru dalam mengeksplorasi potensi yang ada pada diri untuk menyelesaikan masalah yang ada seperti situasi dilema etika sehingga dapat mengambil keputusan yang bijaksana.

Video Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran










Selasa, 22 Februari 2022

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

 

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

Tujuan Pembelajaran Khusus: 
CGP menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang meningkat dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.

Pertanyaan Pemantik untuk sesi pembelajaran ini adalah:
  1. Apakah saya mengubah pemikiran saya sebagai akibat dari apa telah saya pelajari?
  2. Bagaimana perubahan pemikiran tersebut berkontribusi terhadap pemahaman saya tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?
Kali ini, Anda akan diberikan tantangan yang memungkinkan Anda untuk tidak saja mereview kembali apa yang telah Anda pelajari, namun juga membuat koneksi diantara materi-materi tersebut dalam cara yang paling bermakna untuk Anda. Yang menyenangkan adalah, Anda juga diperbolehkan untuk memilih caranya!
  • Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.
  • Jelaskan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Jelaskan pula bagaimana Anda melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.
  • Tuangkah kesimpulan yang Anda buat tersebut dengan menggunakan cara atau media yang dapat Anda pilih sendiri. Anda dapat memilih menulis artikel, membuat infografik, vlogging (video blogging), dsb.
  • Unggahlah hasil kerja Anda pada kegiatan ini.
    • Jika Anda menulis artikel, salinlah artikel yang telah dibuat ke kolom Text online yang telah disediakan.
    • Jika Anda membuat infografik, silakan unggah infografik di kolom File submission.
    • Jika Anda membuat vlogging, silakan unggah rekaman vlogging ke google drive Anda, kemudian salinlah tautan rekaman Anda di google drive ke kolom Text online yang telah disediakan. Jangan lupa untuk memastikan bahwa tautan google drive Anda sudah diset Shared/Dibagikan.

A. Pembelajaran Berdiferensiasi

    Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
  1. Lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar
  2. Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
  3. Penilaian berkelanjutan
  4. Merespon kebutuhan belajar muridnya
  5. Manajemen kelas yang efektif
    Pembelajaran berdiferensiasi adalah guru melakukan proses mencari tahu tentang keberagaman siswa, kondisi belajar, format pembelajaran serta proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Ada 3 prinsip pembelajaran berdiferensiasi dalam memetakan kebutuhan belajar murid, yaitu kesiapan siswa (mencocokkan materi dari kurikulum sesuai dengan kesiapan dan kemampuan siswa dalam memahami materi), minat siswa (memasukkan kosep-konsep utama dari kurikulum/materi yang membangun atau memperluas minta siswa) dan profil belajar siswa (berkaitan dengan cara belajar siswa untuk memahami materi yang diberikan).


B. Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Di Kelas

    Melakukan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, artinya guru melakukan proses mencari tahu tentang keberagaman siswa, kondisi belajar, format pembelajaran serta proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagai guru yang dapat saya lakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid adalah mengamati perilaku murid-murid mereka; mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari; melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Cara guru mengakomodasi kebutuhan belajar murid di kelas dalam pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan 3 strategi, yaitu:
  1. Diferensiasi konten berhubungan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.
  2. Diferensiasi proses adalah kegiatan yang memahami apakah murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri.
  3. Diferensiasi produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

C. Pembelajaran Berdiferensiasi dapat Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid dan Membantu  Mencapai Hasil Belajar yang Optimal

     Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid yang meliputi kesiapan belajar, minat dan profil belajar. Dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, maka guru akan merancang pembelajaran dengan mempertimbangkan keunikan dan keberagaman yang dimiliki pada setiap individu peserta didik. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga mempertimbangkan lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi dibangun dengan menciptakan learning community (komunitas belajar) atau komunitas yang semua anggotanya adalah pembelajar ditandai dengan iklim belajar di kelas yang mencerminkan karakteristik pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran diferensiasi dapat membantu pencapaian hasil belajar yang optimal karena:
  1. Murid dapat belajar dengan baik pada lingkungan sosial tertentu dan konteks budaya.
  2. Mempertimbangkan perbedaan murid untuk mengembangkan potensi belajarnya dari keterbatasan yang dimilikinya.
  3. Mengatasi perbedaan dan minat akan dapat memotivasi murid untuk belajar.

D. Kaitan Antara Materi dalam Modul ini dengan Modul Lain Di Program Pendidikan Guru Penggerak

    Keterkaitan antara materi dalam modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi terdapat pada modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Pada materi modul 1.1 dijelaskan bahwa Ki Hadjar Dewantara menjelaskan tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
    Oleh sebab itu, untuk menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya masing-masing, maka setiap guru seharusnya dapat memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi. Melalui pembelajaran diferensiasi, guru melakukan proses mencari tahu tentang keberagaman siswa, kondisi belajar, format pembelajaran serta proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga mempertimbangkan lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi dibangun dengan menciptakan learning community (komunitas belajar) atau komunitas yang semua anggotanya adalah pembelajar ditandai dengan iklim belajar di kelas yang mencerminkan karakteristik pembelajaran berdiferensiasi. Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:
  1. Lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar
  2. Tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
  3. Penilaian berkelanjutan
  4. Merespon kebutuhan belajar muridnya
  5. Manajemen kelas yang efektif






Sabtu, 08 Januari 2022

1.4.a.10.2 Aksi Nyata - Budaya Positif - Forum Berbagi Aksi Nyata

1.4.a.10.2 Aksi Nyata - Budaya Positif - Forum Berbagi Aksi Nyata 

A. Latar Belakang

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”.

Oleh sebab itu, untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka penerapan budaya positif di sekolah sangat penting dalam menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik sebagai bentuk karakter positif. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif, yaitu membuat keyakinan kelas. Keyakinan kelas akan lebih memotivasi seseorang dalam melakukan hal-hal positif atau displin positif di kelas ataupun di sekolah.

B. Deskripsi Aksi Nyata

     Sebagai sebuah strategi dalam membangun budaya positif di sekolah/kelas, maka saya mengajak peserta didik membuat keyakinan kelas yang selanjutnya menjadi kesepakatan bersama dalam pelaksanaannya. Dalam hal membuat keyakinan kelas, saya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

    • Saya menjelaskan tentang budaya positif kepada peserta didik;
    • Saya menjelaskan tentang pentingnya keyakinan kelas sebagai bentuk kesepakatan terhadap nilai-nilai kebajikan yang harus dilaksanakan kepada peserta didik;
    • Saya mengajak peserta didik untuk memberi pendapat terkait dengan hal apa saja yang akan dimasukkan dalam keyakinan kelas;
    • Saya meminta peserta didik menuliskan pendapat tersebut di dalam lembar kerja yang telah disediakan;
    • Selanjutnya, saya mengajak peserta didik mendiskusikan keyakinan kelas yang telah mereka usulkan agar menjadi kesepakatan kelas.



C. Hasil dari Aksi Nyata

    Dari kegiatan diskusi yang dilaksanakan dalam membuat keyakinan kelas, maka ada beberapa kesepakatan yang telah dihasilkan, yaitu:

    • Kita wajib hadir tepat waktu di sekolah
    • Kita saling membantu, peduli dan menghormati
    • Kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab
    • Kita wajib berpakaian dengan rapi
    • Kita harus bersikap sopan terhadap setiap orang

    Setelah membuat keyakinan kelas yang telah disepakati, saya memperhatikan bahwa peserta didik secara umum telah mengikuti pembelajaran dengan semangat, antusias, aktif dan bertanggung jawab.

D. Rencana Perbaikan

    Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan keyakinan kelas, masih ada peserta didik yang belum konsisten dalam melaksanakan nilai-nilai kelas yang telah disepakati. Sehubungan dengan hal tersebut, maka akan dilakukan perbaikan dengan cara:

    • Meningkatkan kolaborasi dengan rekan guru dan kepala sekolah dalam mewujudkan budaya positif di sekolah/kelas.
    • Meningkatkan kompetensi dalam melakukan restitusi dengan efektif.  
    • Memberikan praktik-praktik budaya positif kepada peserta didik secara konsisten.
    • Membuat konsekuensi yang tepat bagi peserta didik yang melanggar keyakinan kelas yang telah disepakati.

E. Penutup

    Demikian proses aksi nyata yang telah saya lakukan terkait dengan pembuatan keyakinan kelas dalam mewujudkan budaya positif di sekolah/kelas. Saya berharap agar peserta didik lebih konsisten dalam melaksanakan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan agar dapat membangun budaya positif pada masing-masing pribadi peserta didik, baik di sekolah, keluarga dan masyarakat.

RIKI FRANCISKO 
Calon Guru Penggerak Angkatan 4
Kabupaten Dairi
SMA Negeri 1 Sumbul

Sosialisasi "Budaya Positif"