Minggu, 24 April 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 3.1.a.9 Koneksi Antarmateri  - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran


“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
Bob Talbert


Salam Guru Penggerak...
Salam kenal... 
    Saya bernama Riki Francisko merupakan salah satu guru di SMA Negeri 1 Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Saya juga merupakan salah satu Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 4 Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan kegiatan 3.1.a.9. Koneksi Antarmateri tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. 
Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri) terdiri dari 10 pertanyaan. Koneksi Antarmateri yang saya sajikan adalah sebagai berikut:

  • Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pada filosofi Pratap Triloka yang diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara ada semboyan yang dikenal dengan ing ngarso sung tulodo (memberikan contoh atau teladan), ing madya mangun karso (membimbing dan memberikan semangat), dan tut wuri handayani (guru harus memberi dorongan dan memotivasi peserta didik). Dalam menuntun peserta didik, pendidik (guru) seharusnya menerapkan ketiga prinsip Triloka Ki Hadjar Dewantara. Dengan tuntunan yang baik, maka pendidikan akan bersifat holistik dan seimbang, yang pada muaranya akan membawa perubahan budi pekerti siswa yang mencerminkan nilai kebijaksanaan. Pendidikan haruslah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses menuntun, peserta didik akan diberi kebebasan dan kenyamanan untuk belajar, guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, guru sebagai pendidik harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus berpihak pada pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan lebih bijaksana.
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sebagai insan yang bermoral, kita sebagai pendidik harus memiliki karakter yang bijaksana. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. Ketiga prinsip tersebut adalah:
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Kegiatan terbimbing yang telah dilakukan pada materi pengambilan keputusan sangat membantu saya untuk melakukan proses pengambilan keputusan yang bijaksana dalam situasi dilema etika. Dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan tersebut secara moral benar tapi bertentangan (benar vs benar). Dalam menghadapi dilema etika, seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki kesadaran bahwa potensi dan nilai-nilai dalam diri dapat membantu seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang bijaksana. Dengan penerapan coaching model TIRTA, hal tersebut akan membantu guru sebagai pemimpin pembelajaran memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk memecahkan permasalahan dilema etika yang sedang dihadapi. Sesi coaching yang telah dilakukan pastinya akan mempermudah guru tersebut dalam mengidentifikasi suatu permasalahan yang sedang dihadapinya, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang bijaksana dan berpihak pada murid.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik, seorang guru harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosional yang dia hadapi ketika mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Dalam proses pengambilan keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab, seorang guru membutuhkan 5 kompetensi sosial emosional, yaitu keasadarn diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial.  Kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab tidak datang secara alami. Kemampuan ini perlu dengan sengaja ditumbuhkan. Seorang pengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan.
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Seorang guru sebagai pendidik harus dapat mengidentifikasi dan menganalisis persoalan yang sedang dihadapi apakah berfokus pada masalah bujukan moral atau dilema etika. Dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang pendidik seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, integritas, kasih sayang, dan lain sebagainya maka pendidik tersebut  akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan serta pengujian keputusan yang mencapai keputusan yang berpihak pada murid.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dengan menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, maka hal tersebut membuktikan bahwa keputusan yang telah dibuat sesuai dengan visi dan misi yang telah disepakati. Seorang guru yang berhasil membuat keputusan yang tepat, maka keputusan yang dibuat pastinya telah berpihak pada murid. Keputusan yang berpihak pada murid merupakan tindakan dan sikap yang dapat mengundang minat belajar peserta didik. Jika minat belajar peserta didik dapat berkembang, maka lingkungan belajar pastinya telah positif, kondusif, aman dan nyaman. Apabila kondisi lingkungan belajar sebaliknya, maka minat belajar peserta didik tidak akan berkembang.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Kesulitan-kesulitan di lingkungan saya untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika merupakan kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan pandangan dan prinsip terhadap kasus dilema etika yang sedang dihadapi. Perbedaan pandangan dan prinsip antara seluruh pihak yang terkait akan mengakibatkan kesulitan dalam mencapai kesepakatan bersama. Pencapaian kesepakatan bersama merupakan faktor penting dalam menghasilkan keputusan yang sebisanya mengakomodir kepentingan pihak-pihak yang terlibat. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya masalah perubahan paradigma di lingkungan saya.
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Sebagai pendidik, seorang guru harus dapat menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses menuntun, anak-anak akan diberi kebebasan dan kenyamanan untuk belajar, guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, ada kalanya dalam proses menuntun peserta didik, seorang guru dihadapi dengan situasi dilema etika. Situasi dilema etika yang sedang dihadapi akan mengharuskan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang dibuat oleh guru harus bersifat menuntun dan berpihak pada murid. Peserta didik akan diberi kebebasan dan kenyamanan untuk belajar.
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya dengan cara menghasilkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Keputusan yang berpihak pada murid merupakan keputusan yang telah dipertimbangkan dari berbagai aspek dan nilai-nilai kebajikan universal. Apabila keputusan yang telah dibuat berpihak pihak pada murid, maka keputusan tersebut sangat tepat dan dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kebutuhan belajar hidup. Jika kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi, maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan sangat bermanfaat bagi kehidupan atau masa depan murid-murid. 
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, yaitu pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berdasarkan keputusan yang berpihak pada murid. Seorang guru menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid karena guru tersebut mempertimbangkan segala aspek dan nilai-nilai kebajikan universal yang ada. Selain itu, seorang guru dapat melaksanakan 9 langkah untuk mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan, yaitu:
  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
  4. Pengujian benar atau salah yang meliputi uji legal, uji regulasi/standar profesi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Kerterkaitan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul sebelumnya sangat erat. Keterkaitan tersebut dapat kita lihat bahwa materi pada modul 3.1 tidak akan terpisahkan dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Sebagai contoh, pada modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Agar dapat menuntun peserta didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan, maka seorang pendidik harus dapat mengambil keputusan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Contoh lainnya, yaitu keterkaitan modul 2.3 coaching dengan modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran yang menunjukkan bahwa penerapan coaching sangat membantu guru dalam mengeksplorasi potensi yang ada pada diri untuk menyelesaikan masalah yang ada seperti situasi dilema etika sehingga dapat mengambil keputusan yang bijaksana.

Video Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran










0 komentar:

Posting Komentar